Monthly Archives: November 2015

Wajah Perkoperasian Indonesia Dalam Menghadapi Era Globalisasi Saat Ini

Ass. Wr. Wb, Salam Sejahtera Untuk Kita Semua.

Disini saya akan membahas tentang wajah perekonomian indonesia saat ini dan siapkah koperasi Indonesia dengan kekuatan, kelemahan, peluang, ancaman dalam menghadapi Era Globalisasi ( Analisis SWOT ) dari beberapa narasumber yang saya temui.

Yang pertama saya akan membahas Wajah Perkoperasian Indonesia Saat Ini dari beberapa narasumber yang saya temui.

Wajah Koperasi Indonesia Saat Ini

Ekonomi indonesia saat ini optimis pertumbuhan ekonomi yang meningkat. Dengan pertumbuhan dan pendapatan nasional yang semakin meningkat kita dapat melihat perkembangan dan kemajuan kita pada negara lain. Dengan pendapatan nasional per tahun indonesia mampu memberikan kemajuan. Ekonomi makro yang sangat berpengaruh dalam pertumbuhan ekonomi saat ini. Salah satu pertumbuhan ekonomi itu dapat dilihat dengan permintaan domestik masih akan menjadi penopang utama kinerja perekonomian. Selain itu, ekspor dan impor, serta investasi.

Di lihat dari sedikit perekonomian makro dibidang perbankan ini dapat kita rasakan pertumbuhan ekonomi itu meningkat.Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan ekonomi sepanjang triwulan I-2011 masih akan tumbuh tinggi, yakni di kisaran 6,4 persen. Sehingga, sepanjang tahun ini, perekonomian Indonesia diproyeksikan tumbuh di kisaran 6-6,5 persen.

Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution mengungkapkan hal itu dalam rapat kerja dengan Komisi XI (membidangi keuangan dan perbankan) DPR, Senin (14/2). “Prospek perekonomian ke depan akan terus membaik dan diperkirakan akan lebih tinggi,” kata Darmin.

Dia mengatakan, permintaan domestik masih akan menjadi penopang utama kinerja perekonomian. Selain itu, ekspor dan impor, serta investasi, juga akan tumbuh pesat. Ia menambahkan, Indonesia sudah melalui tantangan yang di 2010. Dengan pertumbuhan ekonomi yang cukup baik di tahun lalu, yakni 6,1 persen, akan mempermudah mencapai target pertumbuhan di 2011. Meski demikian, inflasi tinggi masih akan menjadi tantangan serius di tahun ini.

Siapkah koperasi Indonesia dengan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam menghadapi Era Globalisasi

( Analisis SWOT )

 

Apa Itu Analisis SWOT ?
ANALISIS SWOT adalah suatu bentuk analisis situasi dengan mengidentifikasi berbagai faktor secara sistematis terhadap kekuatan-kekuatan (Strengths) dan kelemahan-kelemahan (Weaknesses) suatu organisasi dan kesempatan-kesempatan (Opportunities) serta ancaman-ancaman (Threats) dari lingkungan sekitar untuk merumuskan strategi yang tepat bagi organisasi. Hal ini melibatkan penentuan tujuan organisasi dan mengidentifikasi faktor-faktor internal serta eksternal yang baik dan menguntungkan untuk mencapai tujuan itu. Metode SWOT ini dibuat oleh Albert Humphrey, yang pada waktu itu (dasawarsa 1960-an dan 1970-an) sedang memimpin proyek riset pada Universitas Stanford dengan menggunakan data dari berbagai perusahaan. Analisis SWOT dibuat berdasarkan logika yang dapat memaksimalkan peluang namun secara bersamaan dapat meminimalkan kekurangan dan ancaman. Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal dan faktor internal organisasi:

Kekuatan (Strength)

Kekuatan (strength) yaitu kekuatan apa saja yang dimiliki koperasi. Dengan mengetahui kekuatan, koperasi dapat dikembangkan menjadi lebih tangguh hingga mampu bertahan dalam perekonomian di Indonesia dan mampu bersaing untuk pengembangan selanjutnya.

Peterson (2005), mengatakan bahwa koperasi harus memiliki keunggulan-keunggulan kompetitif dibandingkan organisasi-organisasi bisnis lainnya untuk bisa menang dalam persaingan di dalam era globalisasi dan perdagangan bebas saat ini.

Keunggulan kompetitif disini didefinisikan sebagai suatu kekuatan organisasional yang secara jelas menempatkan suatu perusahaan di posisi terdepan dibandingkan pesaing-pesaingnya.

Faktor-faktor keunggulan kompetitif dari koperasi harus datang dari:

  1. Sumber-sumber tangible seperti kualitas atau keunikan dari produk yang dipasarkan (misalnya koperasi susu, koperasi harus memperhatikan kualitas susu yang dihasilkan) dan kekuatan modal.
  2. Sumber-sumber bukan tangible seperti brand name, reputasi, dan pola manajemen yang diterapkan.
  3. Kapabilitas atau kompetensi-kompetensi inti yakni kemampuan yang kompleks untuk melakukan suatu rangkaian pekerjaan tertentu atau kegiatan-kegiatan kompetitif.

Kelemahan (Weakness)

Kelemahan (Weakness) yaitu segala faktor yang tidak menguntungkan atau merugikan bagi koperasi. Menurutnya, salah satu yang harus dilakukan koperasi untuk bisa memang dalam persaingan adalah menciptakan efisiensi biaya. Tetapi ini juga bisa ditiru / dilakukan oleh perusahaan-perusahaan lain (non-koperasi). Jadi, ini bukan suatu keunggulan kompetitif yang sebenarnya dari koperasi. Menurutnya satu-satunya keunggulan kompetitif sebenarnya dari koperasi adalah hubungannya dengan anggota.

Misalnya,di koperasi produksi komoditas-komoditas pertanian, lewat anggotanya koperasi tersebut bisa melacak bahan baku yang lebih murah, sedangkan perusahaan non-koperasi harus mengeluarkan uang untuk mencari bahan baku murah.

Kesempatan (Opportunties)

Kesempatan (Opportunities) yaitu semua kesempatan yang ada sebagai kebijakan pemerintah, peraturan yang berlaku atau kondisi perekonomian nasional atau global yang dianggap memberi peluang bagi koperasi untuk tumbuh dan berkembang di masa yang akan datang. Loyd (2001) menegaskan bahwa koperasi-koperasi perlu memahami apa yang bisa membuat mereka menjadi unggul di pasar yang mengalami perubahan yang semakin cepat akibat banyak faktor multi termasuk kemajuan teknologi, peningkatan pendapatan masyarakat yang membuat perubahan selera pembeli, penemuan-penemuan material baru yang bisa menghasilkan output lebih murah, ringan, baik kualitasnya, tahan lama, dan makin banyaknya pesaing-pesaing baru dalam skala yang lebih besar. Dalam menghadapi perubahan-perubahan tersebut faktor-faktor kunci yang menentukan keberhasilan koperasi adalah:

  1. Posisi pasar yang kuat (antara lain dengan mengeksploitasikan kesempatan-kesempatan vertikal dan mendorong integrasi konsumen).
  2. Pengetahuan yang unik mengenai produk atau proses produksi.
  3. Sangat memahami rantai produksi dari produk bersangkutan.
  4. Menerapkan suatu strategi yang cemerlang yang bisa merespons secara tepat dan cepat setiap perubahan pasar.
  5. Terlibat aktif dalam produk-produk yang mempunyai tren-tren yang meningkat atau prospek-prospek masa depan yang bagus (jadi mengembangkan kesempatan yang sangat tepat).

Ancaman (Threats)

Ancaman (Threats) yaitu hal-hal yang dapat mendatangkan kerugian bagi kopersi seperti Peraturan Pemerintah yang tidak memberikan kemudahan berusaha, rusaknya lingkungan,  meningkatnya pelacuran atau gejolak sosial sebagai akibat mahalnya dan persaingan tour operator asing yang lebih professional, yaitu dengan melihat kekuatan (Strengths), kelemahan (Weakness), kesempatan (Opportunities) dan ancaman (Threats) koperasi di Indonesia.

Sedangkan faktor-faktor eksternal terutama adalah intervensi pemerintah yang terlalu besar yang sering didorong oleh donor, kesulitan lingkungan-lingkungan ekonomi dan politik, dan harapan-harapan yang tidak realistic dari peran dari koperasi. Menurut mereka, problem yang paling signifikan adalah cara bagaimana koperasi itu dipromosikan oleh pemerintah. Promosi yang sifatnya dari atas ke bawah telah menghalangi anggota untuk aktif berpartisipasi dalam pembangunan koperasi. Bentuk-bentuk organisasi dan kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan diatur oleh pihak luar.

Jadi koperasi telah gagal untuk berkembang menjadi unit-unit yang mandiri dan sepenuhnya berdasarkan anggota. Masih dalam kaitan ini, Linstad (1990) mengatakan bahwa di banyak negara berkembang sering kali pemerintah melihat dan menggunakan koperasi sebagai suatu alat untuk menjalankan agenda-agenda pembangunannya sendiri.

Koperasi sering diharapkan bahkan di paksa berfungsi sebagai kesejahteraan sosial dan sekaligus sebagai organisasi ekonomi, yang dengan sendirinya memberi beban sangat berat kepada struktur manajemen koperasi yang pada umumnya lemah.

Menurut Braverman, dkk. (1991), sedikit sekali perhatian diberikan kepada kondisi-kondisi ekonomi dimana koperasi-koperasi diharapkan melakukan berbagai aktivitas. Promosi koperasi yang tidak diskriminatif, yakni tanpa memberi perhatian pada hal-hal seperti dinamik-dinamik internal, insentif, struktur kontrol, dan pendidikan dari anggota, sering kali telah membuat koperasi-koperasi menjadi organisasi-organisasi birokrasi yang sangat tergantung pada dukungan pemerintah dan politik. Oleh karena itu, Gentil (1990) menegaskan bahwa agar koperasi maju maka hubungan antara pemerintah dan koperasi yang didefinisikan ulang.

Hambatan-hambatan  Koperasi di indonesia

Salah satu kendala utama yang dihadapi koperasi adalah banyak partai politik yang memanfaatkan koperasi untuk meluaskan pengaruhnya. Dan juga karena hambatan-hambatan yang di alami Indonesia di antaranya kesadaran masyarakat terhadap koperasi yang masih sangat rendah. Koperasi di Indonesia masih sangat lemah. Tidak ada perkembangan yang cukup tinggi. Boleh dikatakan koperasi di Indonesia berjalan di tempat.

Beberapa faktor yang menyebabkan koperasi tidak bisa berjalan adalah dari segi permodalan. Faktor lain yang perlu kita perhatikan dalam mendukung perkembangan koperasi adalah manajemen koperasi itu sendiri. Banyak hambatan yang dihadapi koperasi dari segi manajemennya sendiri.

Permasalahan yang di hadapi Koperasi:

1.Selain itu Bank Perkreditan Rakyat (BPR) yang semakin berkembang di sejumlah kota Indonesia maupun koperasi simpan pinjam, yang operasinya lebih pada kredit mikro .

2.Kurangnya kesadaran masyarakat akan kebutuhannya untuk memperbaiki diri, meningkatkan kesejah teraanya, atau mengembangkan diri secara mandiri.Padahal Kesadaran ini akan menjadi motivasi utama bagi pendirian koperasi ‘dari bawah’

3.Kurangnya kejelasan akan kesadaran dan kejelasan dalam keangggotaan Koperasi

4.Kurangnya pengembangan kerjasama antar usaha koperasi

5.Para angota Koperasi yang kurang dalam penguasaaan ilmu pengetahuan dan teknologi,dan kemampuan menejerial.

Solusinya adalah:

  1. Faktor kuncinya adalah kesadaran kolektif dan kemandirian. Dengan demikian masyarakat tersebut harus pula memahami kemampuan yang ada pada diri mereka sendiri sebagai ‘Modal’ awal untuk mengembangkan diri. Faktor eksternal dapat diperlakukan sebagai penunjang atau komplemen bagi kemampuan sendiri tersebut.
  2. Hal ini secara khusus mengacu pada pemahaman anggota dan masyarakat akan perbedaan hak dan kewajiban serta manfaat yang dapat diperoleh dengan menjadi anggota atau tidak menjadi anggota. Jika terdapat kejelasan atas keanggotaan koperasi dan manfaat yang akan diterima anggta yang tidak dapat diterima oleh non-anggota maka akan terdapat insentif untuk menjadi anggota koperasi. Pada gilirannya hal ini kemudian akan menumbuhkan kesadaran kolektif dan loyalitas anggota kepada organisasinya yang kemudian akan menjadi basis kekuatan koperasi itu sendiri.
  3. Penyediaan insentif dan fasilitasi dalam rangka pengembangan jaringan kerjasama usaha antarkoperasi;
  4. Pemberian dukungan dan kemudahan untuk pengembangan infrastruktur pendukung pengembangan koperasi di bidang pendidikan dan pelatihan.

Kesimpulan

Koperasi adalah jenis badan usaha yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum. Keanggotaan kopersi terdiri dari perorangan, yaitu orang yang secara sukarela menjadi anggota koperasi. Badan hukum koperasi, yaitu suatu koperasi yang menjadi anggota koperasi yang memiliki lingkup lebih luas.

Salah satu kendala utama yang dihadapi koperasi adalah banyak partai politik yang memanfaatkan koperasi untuk meluaskan pengaruhnya. Dan juga karena hambatan-hambatan yang di alami Indonesia di antaranya kesadaran masyarakat terhadap koperasi yang masih sangat rendah.

Koperasi dapat dianalisa dengan SWOT (Strength, Weakness, Oppurtunities, Threats). Kekuatan (strength) yaitu kekuatan apa saja yang dimiliki koperasi. Dengan mengetahui kekuatan, koperasi dapat dikembangkan menjadi lebih tangguh hingga mampu bertahan dalam perekonomian di Indonesia dan mampu bersaing untuk pengembangan selanjutnya.

Kelemahan (Weakness) yaitu segala faktor yang tidak menguntungkan atau merugikan bagi koperasi. Menurutnya, salah satu yang harus dilakukan koperasi untuk bisa memang dalam persaingan adalah menciptakan efisiensi biaya.

Kesempatan (Opportunities) yaitu semua kesempatan yang ada sebagai kebijakan pemerintah, peraturan yang berlaku atau kondisi perekonomian nasional atau global yang dianggap memberi peluang bagi koperasi untuk tumbuh dan berkembang di masa yang akan datang.

Ancaman (Threats) yaitu hal-hal yang dapat mendatangkan kerugian bagi kopersi seperti Peraturan Pemerintah yang tidak memberikan kemudahan berusaha, rusaknya lingkungan, dan lain-lain.

Kasus serta analisis – Koperasi Indonesia dengan Kekuatan, Kelemahan, Peluang (Kesempatan), ancaman dalam menghadapi Era Globalisasi ( Analisis SWOT )

  1. Kekuatan

Indonesia berpotensi menjadi bagian dari sepuluh besar kekuatan ekonomi dunia pada tahun 2025, kata Menteri Koordinator Perekonomian, Hatta Rajasa.

“Peluang kita besar, dari studi McKinsey dan potensi-potensi yang ada menunjukkan bahwa Indonesia pada 2025 berpeluang jadi 10 besar kekuatan ekonomi dunia,” katanya dalam Rakornas DPP Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) di Denpasar, Bali, Sabtu.

Ia mengatakan, pendapatan per kapita Indonesia saat ini mencapai 3.800 dolar AS dan Indonesia menduduki peringkat 17 dalam daftar negara-negara dengan kekuatan ekonomi terbesar di dunia.

Pada tahun 2025 mendatang, Hatta memperkirakan, masyarakat kelas menengah Indonesia akan mencapai 135 juta jiwa dengan pendapatan per kapita tinggi dan tingkat konsumsi 1,8 triliun dolar AS.

Ia juga mengatakan bahwa Indonesia punya modal sumber daya alam dan sumber daya manusia besar yang harus diolah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

“Kuncinya, berhentilah menjual bahan mentah,” katanya.

  1. Kelemahan

Direktur Jenderal (Dirjen) World Trade Organization (WTO) Pascal Lamy mengatakan, kelemahan sistem ekonomi di negara berkembang saat ini, tidak didukung oleh kebijakan politik yang baik (governmet policy).

Hal itu, menurutnya, bisa dilihat dari usia pertama globalisasi yang berantakan karena tidak ada tanggapan politik yang efektif. “Jadi kelemahan mendasar dalam ekonomi hari ini ada di fundamental politik,” katanya dalam Panglaykim Memorial Lecture 2011, di Jakarta, Selasa (14/6/2011).

Indonesia, kata Pascal, lebih beruntung dibandingkan negara berkembang lainnya. Indonesia bahkan diakui bisa mengatasi dampak krisis, tidak terpengaruh krisis global dan itu telah diakui oleh negara-negara di dunia. Namun kata dia, ketika dunia telah berkembang menjadi lebih terintegrasi, garis kebijakan pemerintah menjadi kabur dan membuat kebijakan menjadi lebih kompleks.

Dikatakan Pascal, isu-isu ekonomi saat ini, dibayani oleh pergeseran pola perdagangan, tumbuhnya pusat-pusat produksi baru dan persaingan arus keuangan (volatile) dan nilai tukar, jika tidak didukung oleh kebijakan pemerintah yang tepat, akan membuat ekonomi stagnan. “Perdagangan hari ini, tidak mencerminkan realitas arus perdagangan,” kata dia.

Sedangkan untuk negara miskin kata Pascal, upaya untuk mengintegrasikan negara-negara miskin ke dalam ekonomi global harus fokus pada tantangan yang kompleks. Di antaranya peningkatan kapasitas nasional, membantu negara-negara miskin tersebut dengan modal agar bisa membantu diri mereka sendiri, bukan hanya memastikan bahwa mereka sesuai dengan aturan-aturan perdagangan atau keuangan.

Sebuah tantangan yang lebih besar dibidang ekonomi, lanjut Pascal, bagaimana membuat legitimasi sistem global bisa berjalan lebih baik dan bisa mencerminkan harapan masyarakat

  1. Kesempatan

Banyak negara diprediksi mengalami penurunan pertumbuhan ekonomi lantaran terjadi krisis global. Meski demikian, Indonesia diperkirakan memiliki potensi yang baik untuk bangkit dan berkembang. Pasalnya pertumbuhan ekonomi Indonesia sedang bertumbuh signifikan.

CEO MNC Group Hary Tanoesudibjo (HT) mengatakan, saat ini Indonesia sedang diuntungkan atas krisis global yang berdampak pada negara-negara maju. Hal ini merupakan kesempatan Indonesia untuk berkembang dan memanfaatkan situasi ini semaksimal mungkin.

“Ini adalah momentum yang tepat untuk bangkit, kita dalam posisi baik, mengingat banyak negara yang pertumbuhan ekonominya mulai turun di tahun ini karena dampak krisis global,” ujar HT, saat Acara Indonesia Young Leaders Forum II 2013, di Hotel Ritz Carlton, Jakarta, Kamis (18/4/2013).

Lebih lanjut dia mengungkapkan, dengan adanya kesempatan ini, menjadi momentum Indonesia untuk bangkit dengan mengatasi permasalahan-permasalahan yang saat ini merupakan jadi penghambat, dalam meningkatkan nilai perekonomian di Indonesia.

“Dengan cara membenahi SDM kita. Kita harus sadar, bahwa anak bangsa banyak hal yang harus dibenahi, seperti membenahi anak-anak SMU yang tidak melanjutkan ke perguruan tinggi dan putus sekolah, lalu juga anak SMP yang tidak lanjut ke SMU,” jelas dia.

Dia menilai, jika memang kita bisa membenahi ini semua maka SDM di Indonesia yang saat ini tersedia sangat banyak sekali bisa dimanfaatkan semaksimal mungkin yaitu dengan tujuan agar bisa mendukung laju perekonomian Indonesia. “Kita sama sekali tidak kurang untuk SDM namun kita juga harus mengatasi permasalahan SDM yang saat ini ada di Indonesia,” tambahnya.

Selain membenahi SDM, dia berpendapat Sumber Daya Alam (SDA) yang ada di Indonesia harus dikelola dengan bijak. Menurutnya, dalam penggunaannya tidak maksimal dan lebih cenderung disia-siakan.

“SDA kita itu sangat luar biasa, kita bicara daerah kita, itu  sangat luas tanahnya sangat subur dan baik untuk jangka panjang, paling tidak itu bisa kita eksplore jika memang dimanfaatkan dengan semaksimal mungkin, kalau ini bisa dimaksimalkan itu menjadi nilai plus untuk pertumbuhan perekonomian kita,” ucapnya.

Dia menekankan, dengan diadakannya acara Indonesian Young Leader Forum II 2013 yang diselenggarakan Hipmi, diharap bisa memperbaiki struktur permasalahan ekonomi yang ada di Indonesia, mulai dari SDM atau SDA sekalipun.

  1. Ancaman

Pengamat ekonomi dari LIPI, Latif Adam, mengatakan setidaknya ada empat ancaman yang menghadang pertumbuhan ekonomi nasional tahun depan yaitu politik, inflasi, krisis global, dan hubungan industrial.

“Tahun depan adalah tahun politik, yang akan mengurangi gerak menteri ekonomi yang berasal dari partai politik,” katanya pada forum diskusi kelompok (FGD) tentang prediksi isu ekonomi yang diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) di Jakarta, Rabu.

Ia mengkhawatirkan para menteri ekonomi yang berasal dari partai politik mulai tidak fokus dalam bekerja membangun perekonomian nasional, karena ada kepentingan politik di dalamnya.

“Kalau sampai kacau balau seperti itu, kita sulit mencapai pertumbuhan 6,5 persen tahun depan,” ujarnya.

Latif juga mengkhawatirkan penurunan pertumbuhan ekonomi China yang berdampak pada penurunan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Berdasarkan data IMF, kata dia, bila pertumbuhan ekonomi China turun satu persen, akan berpengaruh pada penurunan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 0,5 persen.

Padahal dalam beberapa tahun terakhir China terus menurunkan pertumbuhan ekonominya, sehingga tahun ini diprediksi hanya 7-8 persen.

“Kondisi itu terjadi karena interaksi perdagangan Indonesia yang semakin besar dengan China, serta investasi China yang semakin banyak di Indonesia,” kata Latif.

Ia juga menyoroti hubungan industrial yang memburuk, dengan banyaknya aksi demonstrasi buruh. Menurut Latif, pemerintah harus segera menyelesaikan persoalan hubungan buruh-pengusaha, terkait masalah upah, tenaga alih daya.

“Harus ada terobosan, bila tidak akan menjadi kerikil pertumbuhan ekonomi tahun depan,” ujarnya. Ia memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia berada pada kisaran 6,5 sampai 6,8 persen tahun 2013.

Ancaman lainnya, menurut Latif adalah kenaikan inflasi akibat depresiasi, gejolak pangan, kebijakan subsidi, dan kenaikan tarif tenaga listrik (TTL). Ia memperkirakan Inflasi tahun 2013 berkisar pada angka 5,5 – 6,5 persen.

Sementara itu, pengamat ekonomi lainnya, Aviliani mengatakan pada 2013 paling aman bagi pemerintah melakukan pembatasan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi agar tidak terjadi lonjakan inflasi bila harga BBM bersubsidi dinaikkan.

“Bila pembatasan BBM diberlakukan, inflasi hanya akan naik satu persen,” ujarnya. Selain itu, resiko politik dari pembatasan BBM bersubsidi lebih kecil, dibandingkan pemerintah memilih kenaikan harga BBM.

Diakuinya hal itu akan mendorong kenaikan defisit APBN pada 2013, karena kuota BBM bertambah sementara harga tetap. Untuk itu ia mengusulkan agar pemerintah mendorong pajak pendapatan, namun menghapus pajak untuk usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) agar tetap terjadi peningkatan pendapatan masyarakat.

Sedangkan pengamat ekonomi dari Atma Jaya A Prasetyantoko mengatakan pada 2013 relatif ekonomi Indonesia aman, karena likuiditas dari luar terutama Uni Eropa yang sedang menghadapi krisis dan Amerika Serikat yang ekonominya melambat, akan tetap masuk ke Indonesia.

“Likuiditas tersebut harus dikelola, karena bila tidak ada resikonya,” ujar dia.

Menurut dia, di tengah krisis Eropa dan perlambatan ekonomi Amerika Serikat, Indonesia bisa mengambil kesempatan untuk melakukan peningkatan daya saing dan memantapkan struktur pengembangan industri agar bisa bersaing lebih kuat ketika ekonomi Eropa dan AS pulih.

 

Sekian dari saya, apabila ada kesalahan, kesamaan, kata disengaja maupun tidak disengaja dalam penulisan ini harap dimaklumi karena ini semua berasal dari sumber.

Wss. Wr. Wb, Salam Sejahtera Untuk Kita Semua.

Sumber      :

  1. http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/12/faktor-yang-mempengaruhi-koperasi/
  2. http://economy.okezone.com/read/2013/04/18/20/793850/redirect
  3. http://www.antaranews.com/berita/344652/ada-empat-ancaman-perekonomian-2013
  4. http://www.antaranews.com/berita/361237/hatta-indonesia-berpotensi-jadi-kekuatan-ekonomi-dunia